Diam

diam. aku akan diam. untuknya, maafkanlah segala apa yang pernah ku ucap, andai itu terlalu menyakiti. dan, maafkanlah untuk setiap ucap yang terlalu membuat mu bahagia. aku tak tahu. aku tak pernah mampu membaca hati. buatku, lebih mudah membaca diagram fasa dibanding aku harus membaca hati, lebih-lebih itu hati mu. terlalu banyak sudut rumit nan sempit yang harus aku datangi. bukan, bukan aku menyerah atas semua ini. yang aku lakukan hanyalah mengembalikan segalanya kepada yang Maha Membolak-balikkan Hati. hei.. kan hati kita miliknya? kalaupun aku akan meminta hati mu, aku akan meminta kepadaNya, pun sebaliknya. agar tak ada kemungkinan kecewa itu. yang aku lakukan hanyalah tentang menjaga, dan menyadarkan diri, bahwa aku dan dirimu adalah bagai punguk ,merindukan rembulan. tak pantas. dan seperti yang terlalu sering mungkin ku ucap, dirimu pantas mendapat kebahagiaan yang lebih. bulan, pantas mendapatkan sinar mentari dan memantulkannya ke penjuru bumi yang takzhim kepadaNya. yang aku lakukan, adalah sesuatu yang sederhana untuk menjaga dirimu, lebih-lebih diriku. agar tak berpaling pandang dan ampunan Allah dari kita.

atas diam ini.. maafkanlah kalau itu menyakiti..

————————————————————–
ketika menikmati sore, Yogyakarta
25 Januari 2014

8 thoughts on “Diam

Leave a comment