Jurnal Ayah #2: 4 Bulanan & 7 Bulanan

Apa yang diajarkan oleh “orang tua” itu mungkin terlihat tidak ada dalil atau dasar syar’i nya. tetapi tetap sangat mungkin itu semua ada maksudnya. Kita hanya perlu melakukan pemeriksaan lebih jauh tentang itu. Sebagai contoh, perayaan 4 bulanan dan 7 bulanan. ada dalilnya? nggak ada. ada hikmahnya?

Semenjak Istri saya “ketahuan” hamil, saya mempersering (bahasa apa ini) buka-buka literatur tentang kehamilan. Ya tentang perkembangan janin. Tentang perubahan-perubahan fisik Istri. Baca cerita tentang suami siaga. Sampai tentang ruqiyah untuk membantu proses melahirkan. Selama kegiatan mempersering (ini apa?) membaca dan mencari informasi itu, saya menemukan sesuatu tentang 4 bulanan dan 7 bulanan.

Dari sudut pandang agama, insyaAllah, dalil soal dua kegiatan ini memang nggak ada. maka saya pun nggak ada rencana mengadakan syukuran di waktu 4 bulanan dan/atau 7 bulanan ini. Hanya, memang kami sempat merencanakan syukuran di antara dua waktu tersebut sebagai pengganti unduh mantu di Depok. Niat awalnya, setelah idul fitri (2016) kami adakan, tapi saya tunda mengingat Istri sedang hamil trimester awal yang mana, di sekitar kami, banyak teman atau istrinya teman yang mengalami keguguran di kehamilan pertama pada trimester awal ini. Mengingat juga istri saya masih kerja dengan jarak yang lumayan, rasanya agak seram kalau harus maksa nyiapin syukuran dan mengurusi ini itu diawal-awal kehamilan.

Tapi ternyata sepertinya berbeda dari sudut pandang perkembangan janin. 

Alhamdulillaah, kami dapat dokter kandungan yang oke di RS Mitr* K*l*a*g* Depok, beliau udah terkenal sangat lah di kota Depok, namanya dr. Sofani. recommended. orangnya asyik. Komunikasinya enak. Kalau menurut saya, beliau ngasih info yang pasien perlu tahu, dan yang nggak perlu tahu kalau nggak ditanya beliau nggak akan ngasih tahu. contoh, waktu test pack pertama kali, saya dan Istri langsung meluncur ke bidan untuk periksa yang lebih resmi sekaligus konsultasi karena waktu itu deket banget sama Idul Fitri dan kami merencanakan pulang ke rumah orang tua Istri di Purworejo, tapi bidan jaga waktu itu langsung bilang : “jangan pergi-pergi jauh dulu ya Bu, ini masih sangat rentan”, ditambah “ini Ibu kurang gizi, lingkar lengannya kecil banget” sambil ngeliatin saya seolah ngomong : ini suaminya gimana sih, bini nggak dikasih makan. haghaghag. jadilah saya ikutan was-was dan makin semangat baca-baca tentang kehamilan yang 9 bulan lamanya itu. waktu cek kedua, kami putuskan untuk ke RS yang ditanggung kantor (berat diongkos bro), yang terdekat ya Mitr* K*l*a*r*a Depok dan ketemu dokter Sofani,waktu Istri tanya “berat badan saya kurang dok”, doi nggak jawab kayak mbak bidan jaga, dia cuman bilang “itu kan sekarang, lahirannya masih lama. ntar juga naek berat badannya” yang langsung saya konfirmasi dokter ini cocok. hehe.

Nah, diawal-awal itulah saya belajar, bahwa kehamilan memang rentan di trimester pertama. Maka seorang calon Ibu diminta tidak terlalu banyak beraktifitas yang menguras energi dulu selama trimester awal. bahkan, suami diusahakan jangan nengok ladang dulu diawal ini. masuk bulan ke empat, kehamilan masuk fase yang cenderung lebih kuat. sudah ada pelekatan di dinding rahim. fase lebih kuat ini berjalan sampai bulan ke enam. meskipun, tetap seorang Ibu nggak boleh terlalu memforsir energinya selama kehamilan dibulan apapun. Nah, rentang bulan ke-empat sampai ke-enam ini suami boleh nengok ladang, tapi nggak bercocok tanam. nengok doang. (lucu ya kiasan hal beginian, haghaghag). begitu masuk bulan ke-tujuh, kehamilan masuk lagi fase rentan. yang mana, saya sampai sekarang belum paham apa penyebab bulan ke-tujuh ini kehamilan jadi rentan lagi. Begitu masuk bulan ke-delapan dan ke-sembilan, suami sudah boleh menengok dan disarankan bercocok tanam untuk merangsang kontraksi.

Uniknya, penyebutan waktu rentan dan peralihan ke fase lebih kuat ada pada bulan ke-empat, dan selesai bulan ke-tujuh. Mirip dengan “tradisi” orang Indonesia yang senang mengadakan syukuran didua waktu tersebut.

Jangan-jangan (hanya berani jangan-jangan, karena saya hidup setelah 92), orang tua terdahulu, yang meletakkan dasar atau menyarankan untuk mengadakan syukuran 4 bulanan dan 7 bulanan berangkat dari fase-fase kehamilan tadi. Sehingga kira-kira maksudnya jadi seperti ini : setelah tiga bulan pertama melalui masa sulit, dan berhasil sampai pada bulan ke-empat dengan keadaan janin serta Ibu yang sehat, bersyukurlah karena sudah melewatinya dengan baik. juga dibulan ke-tujuh, karena saat-saat itu banyak orang mengalami keguguran, apabila berhasil melaluinya dengan baik, maka bersyukurlah. Lalu bagaimana caranya bersyukur? bolehkah mengundang tetangga untuk datang ke rumah dan makan bersama kemudian doa bersama, itu boleh.

Kehadiran karunia yang Allah berikan ini membuat saya sadar akan, ada hal-hal yang tidak serta merta tidak ada dalilnya maka ia haram. Tetapi kita harus memeriksanya terlebih dahulu sampai dalam. sampai tuntas. Niatkan saja sebagai bentuk kesyukuran dan ingin membagi kebahagiaan itu dengan orang lain dengan mengundang mereka makan bersama di rumah. sangat lebih baik lagi kalau mengirimkan makanan ke panti asuhan. lebih baik lagi berbuat demikian secara rutin, bukan cuma saat 4 dan 7 bulanan saja kan? 🙂

Meskipun, pada akhirnya saya dan Istri tetap tidak melaksanakan dua syukuran itu karena satu dan lain hal, tetapi setidaknya saya memahami bahwa orang soleh terdahulu juga tidak main-main dalam menyarankan sesuatu.

Alhamdulillaah, setelah 9 bulan mengandung, pada tanggal 5 Maret 2017 putra pertama kami lahir yang kemudian kami beri nama Isykariman Fii Sabilillaah. mudah-mudahan Kak Isykar jadi anak solih, taat sama Allah, berbakti sama orang tua, cerdas dan bermanfaat bagi umat manusia.

WhatsApp Image 2017-05-01 at 21.09.58

 

3 thoughts on “Jurnal Ayah #2: 4 Bulanan & 7 Bulanan

  1. Istri ane sekarang sudah masuk bulan ke 4 Yan, dan menemukan simpulan yang sama dengan punya ente tentang ‘ritual’ 4 bulanan dan 7 bulanan 🙂

    semoga sehat2 kak Isykar, sampai jumpa suatu saat nanti insyaa-Allaah

    1. MasyaAllaah.. selamat Mas Iqbal. mudah2an lancar waras selamet Istri dan calon anaknya Mas Iqbal.
      mudah2an bisa ketemu segera.. aamiin.. (y)

Leave a comment